“Dit, kamu hari ini sibuk gak? Aku mau minta tolong anterin aku ke Toko Buku gak?”, Tanya Isfa.
“umm..tentu. hari ini aku lagi gak sibuk kok”, jawab Adit.
“oh iya, aku lupa dit. Hari ini aku udah ada janji sama Nico, gimana kalau kita ke Toko Bukunya besok aja? Gak pa pa kan?!”, ucap Isfa. Hal itupun membuat hati Adit tambah sakit.
“oh iya gak pa pa kok”, jawab Adit.
“tu dia Nico dah jemput aku, aku pergi dulu ya?”, ucap Isfa sambil berlalu meninggalkan Adit sendiri. Adit hanya terdiam membisu melihat orang yang sangat disayanginya pergi dengan orang lain.
***
“fa, kamu gak pa pa nie jalan sama aku?”, Tanya Nico.
“umm..emang napa kok Tanya gitu?”, sahut Isfa balik Tanya.
“gini Fa, aku tu ngelihat kamu deket banget sama Adit. Kamu pacaran ya sama dia? Aku jadi gak enak gini malah ngajak kamu jalan. Maaf ya?”, ucap Nico.
“aku sama Adit tu dah kayak kakak-adik lagi. Kita gak pacaran kok, kamu tuch aneh-aneh aja.”, jawab Isfa sambil tersenyum.
“berarti kamu jomblo donk”, Tanya Nico.
“iya, emang napa?”, jawab Isfa (berharap ditembak Nico).
“umm..sama donk kaya aku.”, jawab Nico. Yach, harapan Isfa untuk ditembak Nico lenyap sudah. Dan Isfa pun jadi sedih.
***
“hari ini kita jadi ke Toko Buku kan?”, Tanya Adit.
“aku males ach dit, aku nitip aja ya kalau kamu kesana.”, jawab Isfa.
“lho kok gitu fa? Bukane kamu kemarin yang ngajak aku? Ada apa sich kok kamu sedih gitu kelihatannya?”, Tanya Adit.
“aku sedih banget Dit, kemarin aku tuch ngarep banget Nico nembak aku. Tapi nyatanya dia gak nembak aku Dit.”, jawab Isfa sambil nangis. Adit pun tak tega melihat orang yang dicintainya itu nangis. Lalu Adit pun menuruti keinginan Isfa untuk dibelikan buku saat itu.
“makasih ya Dit, kamu emang temen aku yang paling baik”, ucap Isfa.
“ea sama-sama Fa, kamu jangan sedih lagi ya? Mungkin emang kemarin saatnya belum tepat buat dia nembak kamu.”, jawab Adit.
“iya Dit, doain aku ya supaya bisa jadian sama Nico. Kamu kan tahu Dit, aku tuch cinta banget sama dia.”, ucap Isfa.
“pasti fa.”, jawab Adit sambil menahan rasa sakit hatinya. Hatinya benar-benar sakit sekali, tapi dia selalu menutupinya dari Isfa. Dia hanya pengen orang yang dicintainya bahagia, sekalipun harus mengorbankan perasaannya sendiri.
***
“Nic, aku pengen ngomong sama kamu. Penting!”, ucap Adit pada Nico.
“ada apa Dit? Serius amet?”, Tanya Nico.
“gini Nic, aku kan dah lama sahabatan sama Isfa. Aku gak mau dia sedih Nic.”, jawab Adit.
“iya, terus hubungannya apa kok kamu malah ngomong gitu ama aku?”, Tanya Nico bingung.
“Isfa tuch suka sama kamu Nic, aku pengen kamu nembak dia ya? Dia itu gadis yang baik Nic, kamu pasti suka juga kan sama dia?”, jawab Adit.
“umm.. kamu gak tahu masalahnya Dit.”, sahut Nico.
“masalah apa sich Nic?”, Tanya Adit.
“kamu tahu kenapa aku gak nembak Isfa? Tu bukan karena aku gak suka sama dia atau apa. Tapi aku ngerasa aku gak pantes buat dia, aku gak akan bisa ngebahagiain dia kayak kamu Dit. Makanya aku gak pernah nembak dia. Dan aku malah penginnya kamu yang nembak dia. Karena bersamamu masa depannya akan lebih cerah dibanding dengan aku ini”, jawab Nico.
“maksudmu apa Nic? Isfa tuch sukanya sama kamu, bukan sama aku. Jadi kamu jangan bikin dia sedih gini donk. Toh kamu juga sayang kan sama dia?”, Tanya Adit.
“gini Dit, hidupku tuch gak lama lagi. Aku punya penyakit kanker otak, dan sudah stadium akhir. Aku gak akan bisa ngebahagiain Isfa Dit, aku mohon kamu jaga dia baik-baik ya? Aku sayang banget sama dia, tapi aku gak mungkin bisa bersama dengannya. Tolong ya, kamu jangan kasih tahu semua ini ke Isfa. Dan mulai saat ini aku akan menghindar dari dia. Karena aku gak pengen dia lihat aku sakit dan lihat aku pergi.”, jawab Nico.
“jadi? Iya Nic, aku pasti akan jaga Isfa dan buat Isfa bahagia Nic. Pasti!”, sambung Adit.
“makasih ya Dit”, sahut Nico.
***
“dit, aku hari ini mau kerumahnya Nico. Kamu mau ikut gak? Ikut yach.. please….”, ucap Isfa memohon.
“iya aku ikut”, jawab Adit.
“maaf non, Den Nico sudah pindah ke luar kota. Baru aja tadi pagi berangkatnya.”, ucap pembantunya Nico. “kok mendadak sekali ya bi? Bukannya dia kemarin ikut balap motor di deket sekolah Bi?”,Tanya Isfa.
“lho gimana tho non? Den Nico itu sudah dari kemarin di Rumah Sakit, dan tadi Nyonya sudah ngambil barang-barang Den Nico. Katanya sekeluarga mau pindah ke Bandung. Dan ini katanya Den Nico masih dirawat di Rumah Sakit di Bandung.”, jawab pembantunya Nico.
“apa? Gak mungkin bi, gak mungkin kan Dit?”, ucap Isfa tak percaya. Adit hanya diam, lalu mereka pergi ke Bandung untuk melihat keadaan Nico.
***
“tante, saya Isfa tan. Gimana keadannya Nico tante? Kok dia gak pernah cerita kalau dia sakit?”, Tanya Isfa panik.
“hmm..kamu yang namanya Isfa? Nico sering sekali cerita soal kamu nak. Dia tu sayang banget sama kamu.”, jawab tante.
“tante, pertanyaanku belum tante jawab. Lagian kalau Nico sayang sama Isfa, kenapa dia gak pernah nembak aku? Terus kenapa dia pergi dan sakit kayak gini gak ngabarin aku tante?”, Tanya Isfa.
“Nico sakit kanker otak stadium akhir, dan hidupnya gak akan lama lagi Fa, itulah yang menyebabkan dia seperti itu. Dia gak mau kamu sedih ngelihat dia pergi”, jawab tante. Isfa pun hanya terdiam dan membisu, tak terasa air matanya pun jatuh membasahi pipinya.
***
“maaf, yang namanya Isfa yang mana ya?”, Tanya dokter yang menangani Nico.
“saya dok, ada apa ya?”, sahut Isfa.
“begini nak, Nico dari tadi menyebut namamu terus, dia ingin bertemu denganmu.”, jawab dokter.
“ya dok, saya boleh masuk kan?”, Tanya Isfa.
“tentu, silahkan”, jawab dokter. Isfa pun masuk ke ruangan Nico.
“Nic, kamu tuch kenapa sich kok gak ngasih tau kalo kamu sakit? Aku tuch kuatir banget tahu gak?”, Tanya Isfa sambil menahan tangis melihat Nico terbaring lemas tak berdaya.
“aku ngelakuin ini semua karena aku gak pengen kamu sedih ngelihat aku sakit. Tapi aku Cuma pengen ngasih tahu, aku tuch sebenarnya sayang banget sama kamu. Tapi aku gak mungkin bisa bersamamu, menjagamu dan mendampingimu Fa. Maafin aku, Adit lah yang paling pantes bersamamu, bukan aku. Dengan dia hidupmu akan lebih bahagia. Please Fa, penuhi keinginanku ini. Terimalah Adit menjadi pacarmu Fa, dia sangat mencintaimu. Janji ya Fa, demi aku?”, ucap Nico memohon.
“tapi Nic, aku tuch sayangnya sama kamu, Adit tuch udah tak anggep kakakku sendiri.”, sahut Isfa.
“please Fa, kamu sayang sama aku gak? Kalau iya, tolong penuhi keinginanku satu ini Fa…”, sahut Nico memohon.
“iya Nic, demi kamu. Aku bakal ngorbanin perasaan ini. Asalkan kamu akan bahagia Nic”, jawab Isfa. Beberapa menit kemudian Nico menghembuskan nafas terakhirnya. Isfa sontak menangis dan memanggil-manggil Nico.
“Nic, bangun Nic. Kamu gak akan ninggalin aku kan?! Please bangun Nic…”, ucap Isfa sambil menangis tersedu-sedu melihat orang yang disayanginya pergi untuk selama-lamanya.
Hari demi hari terus berjalan, dan Isfa pun menepati janjinya pada Nico. Dia mengorbankan perasaannya, dan dia berusaha untuk mencintai Adit. Walaupun itu hal yang sangat sulit baginya. Tapi demi cinta, dia akan selalu berusaha berkorban.
1 komentar:
=(( ... Mengharukan..
Isfa love Nico..
Nico love Isfa..
And
Adit love Isfa..
Tapi apakah Isfa bisa cinta ma Adit..
Post a Comment and Don't Spam!
Sampaikan keluhan ,saran,atau pendapat tentang posting ini..